Minggu, 03 Juli 2016

Kerasan Seksual Sebenarnya Salah Siapa Sih?

Dikutip dari voaindonesia.com, Nur Hasyim (Direktur Rifka Annisa, organisasi pembela hak-hak perempuan di Yogyakarta) menyebutkan, angka kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia sangat tinggi.

Menurut data Rifka Annisa sendiri, rata-rata per harinya ada satu perempuan korban kekerasan yang mengadu. Bahkan dalam enam tahun terakhir, lebih dari 1.500 kasus dilaporkan. 227 di antaranya merupakan kasus perkosaan dan 128 kasus pelecehan seksual. Sisanya adalah kekerasan dalam rumah tangga, hubungan berpacaran, keluarga, dan lain-lain.

Jumlah faktualnya diyakini jauh lebih tinggi karena perempuan masih enggan melaporkan kasus perkosaan atau pelecehan seksual yang dialaminya. Fakta ini membuat kita bertanya-tanya. Mengapa cewek lebih sering dijadikan korban pelecehan seksual dibandingkan cowok?

Pelecehan seksual biasanya terjadi di tempat umum yang sempit yang memungkinkan terjadinya gesekan dan sentuhan antara lawan jenis seperti kereta commuter, bis kota dan angkutan kota.

Pelakunya umumnya adalah laki-laki dan korbannya adalah perempuan. Siapa yang patut disalahkan? Secara hukum, yang salah adalah pelaku. Pada setiap perbuatan kejahatan, maka yang harus disalahkan adalah pelaku dalam hal ini laki-laki. Itulah sebabnya, yang diinterogasi dan ditahan oleh polisi dalam kasus pelecehan seks atau perkosaan adalah laki-laki sebagai pelaku, bukan perempuan sebagai korban. Adakah kasus pelecehan di mana korban disalahkan oleh pihak penegak hukum? Tidak ada.

Sabtu, 02 Juli 2016

Manusia dan Harapan

 Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan seseorang.
            Harapan hampir mirip dengan cita-cita, hanya saja biasanya cita-cita itu adalah sesuatu yang diinginkan setinggi-tingginya, sedangkan harapan itu tidak terlalu muluk. Meskipun demikian, harapan dan cita-cita memiliki kesamaan, yaitu:
1. Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud.
2. Pada umumnya baik cita-cita maupun harapan adalah menginginkan hal yang lebih baik atau lebih meningkat.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya.
Harapan adalah semacam semangat baru untuk menjalani hidup setelah mengalami banyak kekecewaan, ketidakpuasan, ketidak-nyamanan, sedih, putus asa seolah tak ada jalan lagi. Harapan itu menjadi penting dalam hidup kita karena keputusasaan serta kesedihan yang terlalu mendalam tanpa adanya semangat harapan membuat kita tidak memiliki gairah hidup. Menjalani hidup dengan penuh semangat serta penuh harapan adalah sesuatu yang menurut harus kita semua miliki.
Ada banyak masalah dalam hidup ini yang belum selesai. Entah itu masalah keuangan, keluarga, pekerjaan, dan lain sebagainya. Seringkali, masalah-masalah itu membuat kita letih dan malas untuk berharap.

8 Alasan untuk terus berharap :